Sumber daya manusia (SDM) merupakan asset yang yang paling berharga bagi perusahaan. Perusahaan mungkin dapat membeli asset seperti tanah, gedung, kendaraan, peralatan kantor dan lain-lain tetapi SDM tidak mudah dibeli dan mendapatkannya. SDM yang berkualifikasi dan berkualitas sesuai harapan perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan sulit mendapatkannya. Tujuan perusahaan akan terwujud apabila produktivitas dan kinerja SDMnya meningkat. Peningkatan dan penurunan kinerja karyawan dalam perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Stres merupakan salah
satu faktor penyebab menurunnya kinerja dan produktivitas karyawan. Di dalam dunia
kerja sering muncul berbagai masalah sehubungan dengan stres kerja. Baik
disadari maupun tidak, kondisi-kondisi pekerjaan akan menimbulkan stres pada
diri karyawan. Stres juga mempunyai posisi yang penting dalam kaitannya dengan
produktivitas SDM, dana dan materi. Stres di tempat kerja telah membebankan
perusahaan dengan biaya yang mahal. Suatu studi mengungkapkan bahwa perusahaan
kehilangan penghasilan sebesar US$68 milyar per tahun karena turunnya
produktivitas sebagai efek dari stres karyawan (Gibson,1993).
Menurut definisi Canadian Centre for Occupational Health and
Safety (1999), stress adalah tekanan
dari luar yang biasa membuat seseorang merasa tertekan. Tekanan yang menyebabkan
orang stres adalah tekanan yang sifatnya mengancam (threaten), tekanan yang sifatnya menakutkan atau mengerikan (scare), tekanan yang sifatnya
mengkhawatirkan (worry), dan tekanan yang sifatnya menyakitkan. Ivancevich
(1987) mengatakan stres merupakan interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Sedangkan Greenberg (2003) mengkaitkan definisi stres dengan
kehidupan organisasi, dimana stres sebagai pola emosi dan reaksi fisik yang
terjadi sebagai respons terhadap tuntutan yang berasal dari dalam maupun luar
organisasi.
Ada dua tingkatan stres yakni eustress dan distress. Ada stres dapat berdampak positif bagi orang yang mengalaminya.
Stres ini disebut eustress (kata “eu”
berasal dari bahasa Yunani yang berarti “good atau baik”). Eustress adalah stres positif yang terjadi ketika tingkat stres
cukup tinggi untuk memotivasi agar bertindak untuk mencapai sesuatu. Eustress adalah stres yang baik dan menguntungkan
bagi kesehatan seperti latihan fisik atau mencapai promosi. Eustress sangat bermanfaat bagi diri
seseorang untuk mengembangkan diri, meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja.
Contoh eustress yakni jika kita
berhasil mengerjakan tugas yang sangat sulit, dan tekanan
yang membuat seseorang senang seperti mendapat gaji tinggi,posisi kerja
bagus,menikah melahirkan anak. Hal lain yang mengejutkan adalah orang
yang tidak mengalami stres bukan berarti kinerjanya selalu baik. Kinerjanya
bisa sama buruknya dengan orang yang mengalami stres negatif (distress).
Distress
adalah stres negatif yang terjadi ketika tingkat stres terlalu tinggi atau
terlalu rendah dan tubuh serta pikiran mulai menanggapi stressor (pembangkit
stres) yang negatif. Stres yang positif memiliki ciri-ciri seperti memotivasi,
berjangka pendek, terasa menarik, dalam batas kemampuan dan meningkatkan
kinerja. Sedangkan stres yang negatif memiliki ciri-ciri yakni menyebabkan
kecemasan atau kekhawatiran, berjangka pendek atau panjang, terasa tidak
menyenangkan, mengurangi kinerja serta dapat menyebabkan mental dan fisik
terganggu.
Stres yang terkait
dengan kehidupan kerja (occupational
stress) banyak mendapat perhatian
baik dari kalangan para manager maupun para akademisi. Bagi para
manager, pengetahuan tentang stres akan bermanfaat untuk mengantisipasi semua
kejadian yang potensial menimbulkan stres mengingat dampak negatif stres bisa
merugikan perusahaan. Pengetahuan stres juga bisa dimanfaatkan untuk mengatasi
persoalan stres agar stres bisa berubah menjadi eustress. Jadi tidak selamanya stres berakibat buruk atau merusak.
Meskipun stres cenderung berkonotasi negatif yang dapat menyebabkan seseorang
mengalami distress. Ada dua hal stres
akan berubah menjadi positif yakni;
1. Kadarnya
proposional, maksudnya stres tidak terlalu berat dan ringan. Misalnya
kehidupan kita mulus-mulus saja atau
lancar tanpa masalah. Kehidupan kita terasa nyaman namun perasaan yang terlalu
nyaman kerap menjadi ancaman dinamika progrestivitas dan kreativitas pada diri
kita. Sebaliknya jika hidup kita terlalu banyak tekanan, himpitan dan masalah
dapat menimbulkan depresi pada diri kita. Jadi terlalu sedikit stres sama
buruknya terlalu banyak stres.
2. Adanya
penyingkapan yang konstruktif (membangun). Penyingkapan disini adalah bagaimana
kita merespon tekanan-tekanan. Respon disini terkait dengan apakah kita melihat
tekanan sebagai tekanan atau tantangan. Tantangan adalah suatu yang mendorong
kita untuk menjawabnya atau melangkah maju. Keberhasilan menjawab tantangan
akan memunculkan kepercayaan diri yang lebih tinggi. Berbeda dengan tekanan
adalah sesuatu yang menghimpit.
3. Ada proses transformasi.
Transformasi maksudkan di sini adalah kemampuan mengubah energi potensial yang
semula negatif menjadi energi aktual yang positif.
Di tempat kerja, stres dapat
disebabkan oleh beberapa situasi. Menurut Murphy (1995) ada enam kategori
pembangkit stres (stressor) yakni;
1. Faktor
keunikan pekerjaan seperti pekerjaan yang berlebihan, kerja shift,
keahlian/kemampuan yang tidak cocok dengan pekerjaan, kurang pelatihan, kurang
apresiasi, lingkungan fisik(kebisingan, kualitas udara)
2. Aturan
didalam organisasi seperti konflik aturan, konflik peran dan tingkatan
tanggungjawab.
3. Pengembangan
karir seperti under/over promosi dan kesempatan pengembangan karir.
4. Hubungan
di tempat kerja seperti hubungan dengan atasan, karyawan, bawahan, dan adanya
kurang kepercayaan.
5. Struktur
dan iklim organisasi seperti berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan, gaya manajemen, pola komunikasi.
6. Keseimbangan
kehidupan dengan pekerjaan seperti konflik peran dan konflik tanggungjawab.
Stres yang
terjadi di tempat kerja dapat dikatakan
positif atau negatif tergantung pada efek yang timbul dan dirasakan
seseorang yang mengalaminya. Seseorang yang mengalami stres harus memampu mengendalikan
stres yang dialaminya agar menjadi stres yang positif sehingga berdampak pada
peningkatan kinerja dan produktivitas.
REFERENSI
Sobirin, A.
2012. Buku Materi Pokok EKMA 4158.
Perilaku Organisasi. Ed.1 Jakarta: Universitas Terbuka.
Awalangy.wordpress.com. 2007. Stres
Positif dan Stres Negatif http://lawalangy.wordpress.com/2007/07/22/stres-positif-stres-negatif/
diakses tgl 17 Jan 2013.
Canadian
Centre for Occupational Health and Safety. 1999. Workplace Stress-General. http://www.ccohs.ca/oshanswer/psychosocial/stress.html
diakses tgl 17 Januari 2013.
Greenberg, J., Baron, R.A. 2003. Behavior in Organization. Upper Saddle River. New York : Prentice Hall.
Gibson, C.B.,
Zellmer. & Schwab. 1993. Team Effectiveness in Multinational Organization:
Evaluation Accross Context. Group And
Organization Management. 28 (4): 444-475.
Ivancevich,J.M.,
Matesson,M.T. 1997. Organization Behavior and
Management. 3rd edition. Homewood.
Manajemen Stress. upi.edu/Direktori/.../STREES_MAN.pdf diakses tgl.21
Januari 2013.
Majalah
Kesehatan. 2013. Stres Tidak Selalu Buruk.
http://majalahkesehatan.com/stres-tidak-selalu-buruk/diakses
tgl 22 Januari 2013.
Murphy. 1995.
Occupational Stress Management: Current Status and Future Direction. Trends in Organizational Behavior.2:
1-14.
Thanks infonya menarik banget. Oiya saya juga nemuin nih artikel keren yang nge bahas tentang cara mudah untuk mengatasi stres saat di kantor. Cek di sini ya man teman: Cara ampuh atasi stres di tempat kerja
BalasHapus