Rabu, 03 Juli 2013

Stres di Tempat Kerja : Positif atau Negatif ?


           Sumber daya manusia (SDM) merupakan asset yang yang paling berharga bagi perusahaan. Perusahaan mungkin dapat membeli asset seperti tanah, gedung, kendaraan, peralatan kantor dan lain-lain tetapi SDM tidak mudah dibeli dan mendapatkannya. SDM  yang berkualifikasi dan berkualitas sesuai harapan perusahaan guna mencapai  tujuan perusahaan sulit mendapatkannya. Tujuan perusahaan akan terwujud apabila produktivitas dan kinerja SDMnya meningkat. Peningkatan dan penurunan kinerja karyawan dalam perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Stres merupakan salah satu faktor penyebab menurunnya kinerja dan produktivitas karyawan. Di dalam dunia kerja sering muncul berbagai masalah sehubungan dengan stres kerja. Baik disadari maupun tidak, kondisi-kondisi pekerjaan akan menimbulkan stres pada diri karyawan. Stres juga mempunyai posisi yang penting dalam kaitannya dengan produktivitas SDM, dana dan materi. Stres di tempat kerja telah membebankan perusahaan dengan biaya yang mahal. Suatu studi mengungkapkan bahwa perusahaan kehilangan penghasilan sebesar US$68 milyar per tahun karena turunnya produktivitas sebagai efek dari stres karyawan (Gibson,1993).
Menurut definisi Canadian Centre for Occupational Health and Safety (1999),  stress adalah tekanan dari luar yang biasa membuat seseorang merasa tertekan. Tekanan yang menyebabkan orang stres adalah tekanan yang sifatnya mengancam (threaten), tekanan yang sifatnya menakutkan atau mengerikan (scare), tekanan yang sifatnya mengkhawatirkan (worry), dan  tekanan yang sifatnya menyakitkan. Ivancevich (1987) mengatakan stres merupakan interaksi antara individu dengan lingkungannya. Sedangkan Greenberg (2003) mengkaitkan definisi stres dengan kehidupan organisasi, dimana stres sebagai pola emosi dan reaksi fisik yang terjadi sebagai respons terhadap tuntutan yang berasal dari dalam maupun luar organisasi.
Ada dua tingkatan stres yakni eustress dan distress. Ada stres dapat berdampak positif bagi orang yang mengalaminya. Stres ini disebut eustress (kata “eu” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “good atau baik”). Eustress adalah stres positif yang terjadi ketika tingkat stres cukup tinggi untuk memotivasi agar bertindak untuk mencapai sesuatu. Eustress adalah stres yang baik dan menguntungkan bagi kesehatan seperti latihan fisik atau mencapai promosi. Eustress sangat bermanfaat bagi diri seseorang untuk mengembangkan diri, meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja. Contoh eustress yakni jika kita berhasil mengerjakan tugas yang sangat sulit, dan tekanan yang membuat seseorang senang seperti mendapat gaji tinggi,posisi kerja bagus,menikah melahirkan anak. Hal lain yang mengejutkan adalah orang yang tidak mengalami stres bukan berarti kinerjanya selalu baik. Kinerjanya bisa sama buruknya dengan orang yang mengalami stres negatif (distress).
Distress adalah stres negatif yang terjadi ketika tingkat stres terlalu tinggi atau terlalu rendah dan tubuh serta pikiran mulai menanggapi stressor (pembangkit stres) yang negatif. Stres yang positif memiliki ciri-ciri seperti memotivasi, berjangka pendek, terasa menarik, dalam batas kemampuan dan meningkatkan kinerja. Sedangkan stres yang negatif memiliki ciri-ciri yakni menyebabkan kecemasan atau kekhawatiran, berjangka pendek atau panjang, terasa tidak menyenangkan, mengurangi kinerja serta dapat menyebabkan mental dan fisik terganggu.
Stres yang terkait dengan kehidupan kerja (occupational stress) banyak mendapat perhatian  baik dari kalangan para manager maupun para akademisi. Bagi para manager, pengetahuan tentang stres akan bermanfaat untuk mengantisipasi semua kejadian yang potensial menimbulkan stres mengingat dampak negatif stres bisa merugikan perusahaan. Pengetahuan stres juga bisa dimanfaatkan untuk mengatasi persoalan stres agar stres bisa berubah menjadi eustress. Jadi tidak selamanya stres berakibat buruk atau merusak. Meskipun stres cenderung berkonotasi negatif yang dapat menyebabkan seseorang mengalami distress. Ada dua hal stres akan berubah menjadi positif yakni;
1.      Kadarnya proposional, maksudnya stres tidak terlalu berat dan ringan. Misalnya kehidupan  kita mulus-mulus saja atau lancar tanpa masalah. Kehidupan kita terasa nyaman namun perasaan yang terlalu nyaman kerap menjadi ancaman dinamika progrestivitas dan kreativitas pada diri kita. Sebaliknya jika hidup kita terlalu banyak tekanan, himpitan dan masalah dapat menimbulkan depresi pada diri kita. Jadi terlalu sedikit stres sama buruknya terlalu banyak stres.
2.      Adanya penyingkapan yang konstruktif (membangun). Penyingkapan disini adalah bagaimana kita merespon tekanan-tekanan. Respon disini terkait dengan apakah kita melihat tekanan sebagai tekanan atau tantangan. Tantangan adalah suatu yang mendorong kita untuk menjawabnya atau melangkah maju. Keberhasilan menjawab tantangan akan memunculkan kepercayaan diri yang lebih tinggi. Berbeda dengan tekanan adalah sesuatu yang menghimpit.  
3.      Ada proses transformasi. Transformasi maksudkan di sini adalah kemampuan mengubah energi potensial yang semula negatif menjadi energi aktual yang positif.        
           Di tempat kerja, stres dapat disebabkan oleh beberapa situasi. Menurut Murphy (1995) ada enam kategori pembangkit stres (stressor) yakni;
1.   Faktor keunikan pekerjaan seperti pekerjaan yang berlebihan, kerja shift, keahlian/kemampuan yang tidak cocok dengan pekerjaan, kurang pelatihan, kurang apresiasi, lingkungan fisik(kebisingan, kualitas udara)
2.      Aturan didalam organisasi seperti konflik aturan, konflik peran dan tingkatan tanggungjawab.
3.      Pengembangan karir seperti under/over promosi dan kesempatan pengembangan karir.
4.   Hubungan di tempat kerja seperti hubungan dengan atasan, karyawan, bawahan, dan adanya kurang kepercayaan.
5.  Struktur dan iklim organisasi seperti berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, gaya manajemen, pola komunikasi.
6.      Keseimbangan kehidupan dengan pekerjaan seperti konflik peran dan konflik tanggungjawab.
Stres yang terjadi di tempat kerja dapat dikatakan  positif atau negatif tergantung pada efek yang timbul dan dirasakan seseorang yang mengalaminya. Seseorang yang mengalami stres harus memampu mengendalikan stres yang dialaminya agar menjadi stres yang positif sehingga berdampak pada peningkatan kinerja dan produktivitas.

REFERENSI
Sobirin, A. 2012. Buku Materi Pokok EKMA 4158. Perilaku Organisasi. Ed.1 Jakarta: Universitas Terbuka.
Awalangy.wordpress.com. 2007. Stres Positif dan Stres Negatif http://lawalangy.wordpress.com/2007/07/22/stres-positif-stres-negatif/ diakses tgl 17 Jan 2013.
Canadian Centre for Occupational Health and Safety. 1999. Workplace Stress-General. http://www.ccohs.ca/oshanswer/psychosocial/stress.html diakses tgl 17 Januari 2013.
Greenberg, J., Baron, R.A. 2003. Behavior in Organization. Upper Saddle River. New York : Prentice Hall.
Gibson, C.B., Zellmer. & Schwab. 1993. Team Effectiveness in Multinational Organization: Evaluation Accross Context. Group And Organization Management. 28 (4): 444-475.
Ivancevich,J.M., Matesson,M.T. 1997. Organization Behavior and Management. 3rd edition. Homewood.
Manajemen Stress. upi.edu/Direktori/.../STREES_MAN.pdf  diakses tgl.21 Januari 2013.
Murphy. 1995. Occupational Stress Management: Current Status and Future Direction. Trends in Organizational Behavior.2: 1-14.

1 komentar:

  1. Thanks infonya menarik banget. Oiya saya juga nemuin nih artikel keren yang nge bahas tentang cara mudah untuk mengatasi stres saat di kantor. Cek di sini ya man teman: Cara ampuh atasi stres di tempat kerja

    BalasHapus